Selasa, 26 Januari 2016

Contoh Cerpen berjudul Keluarga Pak Anung


Keluarga Pak Anung


Di sebuah desa terpencil yang jauh dari perkotaan,hiduplah sebuah keluarga. Mereka adalah Pak Anung,Bu Anung,dan Anung. Keluarga itu hidup sangat sederhana dan serba pas-pasan. Walaupun hidup dalam keadaan serba pas-pasan, keluarga itu hidup rukun,tak pernah ada pertengkaran diantara mereka. Jika ada masalah pasti dapat terselesaikan. Itulah keluarga Pak Anung.
        Pada suatu sore yang cerah,matahari belum tidur di perapiaannya,Pak Anung sedang duduk di teras rumahnya. Sepertinya Pak Anung sedang memikirkan sesuatu yang lumayan berat. Bu Anung yang mana merupakan istri Pak Anung merasa heran dengan perilaku suaminya itu. Oleh karena itu, Bu Anung menghidangkan secangkir teh hangat dan pisang goreng hangat untuk menghibur suaminya.“Ini Pak,teh hangat sama pisang gorengnya!”,kata Bu Anung. “Lho,kok tumben bu, biasanya teh hangat saja?”, tanya Pak Anung dengan sedikit kaget. “Sekali-kali nggak apa toh Pak”,kata Bu Anung lagi. “Yoislah!”,kata Pak Anung singkat. “Ada apa toh Pak? Ada masalah? Mendingan cerita sama ibu! Siapa tahu ibu bisa bantu.”,bujuk Bu Anung.
Gini lho Bu,Bapak pengen buka usaha usaha,ya pengen memperbaiki hidup keluarga kita biar lebih mapan. Bosan juga kalau hidup pas-pasan.Ini-itu pas,nggak ada lebih-lebihnya. Gimana menurut Ibu?,tanya Pak Anung.
“Bagus itu Pak,Ibu setuju itu. Tapi kita mau buka usaha apa?”,tanya Bu Anung. “Bagaimana kalau warung kecil-kecilan? Kita jual makanan ringan dan minuman!”,kata Pak Anung. “Boleh juga itu Pak,tapi kita dapat modal dari mana?”, tanya Bu Anung lagi.“Nah,itu dia yan masih Bapak pikirkan sekarang Bu,kita belum ada punya modal buat usaha ini.”, kata Pak Anung lirih.
“ya kita minjam saja dulu,Pak! Gitu saja kok repot! Nanti kalau usaha kita sukses,kita kan bisa ganti uangnya sekaligus bunganya juga.”, usul Bu Anung.“Apa minjam? Minjam sama siapa? Kalau sama tetangga mana mungkin,pasti mereka nggk bakalan ngasi pinjaman. Uangnya pasti untuk keperluan mereka,mereka saja sudah susah”, kata Pak Anung.“Bagaimana kalau kita meminjam di LPD Desa saja?’, usul Bu Anung.“Ide yang bagus,Bu!”, jawab Pak Anung gembira.
        Keesokan harinya,Pak Anung menjalankan niatnya yaitu meminjam modal ke LPD Desa,yang mana merupakan salah satu pusat peminjaman bagi warga yang memerlukan uang. Pak Anung langsung memasuki tempat itu dan meminjam uang yang sekian jumlahnya. Kemudian Pak Anung pun pergi ke pasar untuk membeli barang dagangan yang hendak dijual di warung miliknya.
        Dirumah pun,Bu Anung sudah menyiapkan tempat dagangan di teras rumahnya,Anung pun ikut serta membantu ibunya. Beberapa lama kemudian Pak Anung dating dengan membawa barang dagangan yang cukup banyak.
“Horeee Bapak pulang!”, seru Anung dengan gembira sambil menyambut Bapaknya. Bu Anung langsung membantu suaminya menjajakan dagangannya. “Lho, Bu ,kita nggak nentuin dulu harganya berapa?”, tanya Pak Anung agak sidikit heran.“nggak usah,Pak. Ibu sudah tahu harga barang ini di pasaran. Entar harganya Ibu tambah biar kita untung”, jawab Bu Anung.
        Berapa lama kemudian,banyak warga desa yang habis bekerja dari kebun berbelanja kesana. Dalam sekejap mata dagangan Bu Anung sudah ludes terjual. “Pak, kita untung banyak,Pak!”, seru Bu Anung dengan gembira.
“Kalau begini terus kita bisa kaya,Pak!”, kata Anung tidak mau kalah. “Ya kalau begitu,besok pagi bapak mau kepasar beli dagangan lagi.”, kata Pak Anung.
        Keesokan harinya,Pak Anung pergi ke pasar untuk membeli dagangan. Kali ini cukup banyak juga yang barang dagangan yang di beli. Dan lebih banyak dari hari sebelumnya. Setelah itu, Pak Anung pulang, seperti biasa Bu Anung mengambil barang dagangan dari tangan suaminya dan langsung menjajakan dagangannya. Dan beberapa jam kemudian banyak warga yang berbelanja kesana. Hal itu membuat pedagang lain di desa itu, merasa iri dan jengkel karena pelanggannya lari ke Bu Anung. “ Dasar pedagang baru ,perebut pelanggan orang!”,kata salah satu pedagang di desa itu yang bernama Bu Aning. Dia adalah salah satu pedagang di desa yang selalu mempunyai sikap irihati terhadap pedagang lain terutama kepada pedagang baru. Dia selalu mengejek pedagang lain apabila pelanggannya telah direbut. Lama-kelamaan ejekan tersebut masuk ke telinga Pak Anung. Pada malam harinya,Pak Anung bermusyawarah dengan anak dan istrinya. “Banyak pedagang yang kesal terhadap kita karena pelanggannya telah lari ke arah ke dagangan kita!”, mulai Pak Anung. “Iya Pak,tadi ketika saya bermain,saya diejek dengan sebutan anak perebut pelanggan orang!”, kata Anung sedih. “mendingan kita fokus sama usaha kita biar usaha kita ini sukses! Biar saja mereka berkata semaunya,nanti kalau mereka capek,toh bakalan diem sendiri!”, kata Bu Anung tegas. “ Wah Ibu tegar dan sabar ya?,bangga Bapak sama Ibu!”,kata Pak Anung memuji.
        Usaha keluarga Pak Anung berjalan sukses. Hari-demi hari dagangannya laku terjual. Keluarga Pak Anung sudah menjadi orang kaya sekarang Dan tiba-tiba mereka disebut saudagar warung. Tetapi hal tersebut tidak membuat keluarga Pak Anung sombong. Mereka masih baik hati dan dermawan.
         Pada suatu hari, Bu Aning yang mana merupakan pedagang yang terkenal iri datang ke rumah Pak Anung. dia datang untuk meminjam uang kepada keluarga Pak Anung guna melunasi biaya rumah sakit anaknya. “Permisi”,salam Bu Aning. “oh Bu Aning,mari silahkan masuk! Ada apa ya Bu? Kok tumben kemari?, tanya Bu Anung. “ Begini Bu Anung saya mau meminjam uang untuk melunasi biaya rumah sakit anak saya. Anak saya sedang sakit tifus,dan biayanya cukup besar Bu!,kata Bu Aning lirih dengan wajah malu-malu. “ Sebentar ya Bu.”,kata Bu Anung tanpa basa-basi lagi kemudian masuk kekamarnya dan mengambil sejumlah uang. “Ini Bu uangnya,semoga anak ibu cepat sembuh ya!” ,kata Bu Anung. “Terimaksih Bu,Ibu baik sekali, padahal saya sudah jahat sama keluarga Ibu,saya sangat mohon maaf Bu.”,kata Bu Aning penuh penyesalan. “ sudahlah Bu,untuk yang itu saya sudah maafkan. Selain itu, kita kan sesama makhluk sosial harus saling tolong menolong yang lalu biarlah berlalu!”, kata Bu Anung. “ sekali terma kasih ya Bu”,kata Bu Aning lagi.
        Sejak saat itu,pedagang lain di desa itu tidak menghina keluarga Pak Anung lagi,semua pedagang di desa itu dapatmenerima keadaan masing-masingdak kelurga Pak Anung tetap menjalanii usahanya dengan lancer tanpa mersa bersalah lagi.




SELESAI
widianiwahyu111@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar