Keluarga
Pak Anung
Di
sebuah desa terpencil yang jauh dari perkotaan,hiduplah sebuah keluarga. Mereka
adalah Pak Anung,Bu Anung,dan Anung. Keluarga itu hidup sangat sederhana dan
serba pas-pasan. Walaupun hidup dalam keadaan serba pas-pasan, keluarga itu
hidup rukun,tak pernah ada pertengkaran diantara mereka. Jika ada masalah pasti
dapat terselesaikan. Itulah keluarga Pak Anung.
Pada suatu sore yang cerah,matahari
belum tidur di perapiaannya,Pak Anung sedang duduk di teras rumahnya.
Sepertinya Pak Anung sedang memikirkan sesuatu yang lumayan berat. Bu Anung
yang mana merupakan istri Pak Anung merasa heran dengan perilaku suaminya itu.
Oleh karena itu, Bu Anung menghidangkan secangkir teh hangat dan pisang goreng
hangat untuk menghibur suaminya.“Ini Pak,teh hangat sama pisang
gorengnya!”,kata Bu Anung. “Lho,kok
tumben bu, biasanya teh hangat saja?”, tanya Pak Anung dengan sedikit kaget. “Sekali-kali
nggak apa toh Pak”,kata Bu Anung lagi. “Yoislah!”,kata Pak Anung singkat.
“Ada apa toh Pak? Ada masalah? Mendingan
cerita sama ibu! Siapa tahu ibu bisa bantu.”,bujuk Bu Anung.
“
Gini lho Bu,Bapak pengen buka usaha usaha,ya pengen memperbaiki hidup keluarga kita
biar lebih mapan. Bosan juga kalau hidup pas-pasan.Ini-itu
pas,nggak ada lebih-lebihnya. Gimana menurut
Ibu?,tanya Pak Anung.
“Bagus
itu Pak,Ibu setuju itu. Tapi kita mau buka usaha apa?”,tanya Bu Anung. “Bagaimana
kalau warung kecil-kecilan? Kita jual makanan ringan dan minuman!”,kata Pak
Anung. “Boleh juga itu Pak,tapi kita dapat modal dari mana?”, tanya Bu Anung
lagi.“Nah,itu dia yan masih Bapak pikirkan sekarang Bu,kita belum ada punya
modal buat usaha ini.”, kata Pak Anung lirih.
“ya
kita minjam saja dulu,Pak! Gitu saja kok repot! Nanti kalau usaha kita sukses,kita
kan bisa ganti uangnya sekaligus bunganya juga.”, usul Bu Anung.“Apa minjam?
Minjam sama siapa? Kalau sama tetangga mana mungkin,pasti mereka nggk bakalan ngasi pinjaman. Uangnya pasti untuk keperluan mereka,mereka saja
sudah susah”, kata Pak Anung.“Bagaimana kalau kita meminjam di LPD Desa saja?’,
usul Bu Anung.“Ide yang bagus,Bu!”, jawab Pak Anung gembira.
Keesokan harinya,Pak Anung menjalankan
niatnya yaitu meminjam modal ke LPD Desa,yang mana merupakan salah satu pusat
peminjaman bagi warga yang memerlukan uang. Pak Anung langsung memasuki tempat
itu dan meminjam uang yang sekian jumlahnya. Kemudian Pak Anung pun pergi ke
pasar untuk membeli barang dagangan yang hendak dijual di warung miliknya.
Dirumah pun,Bu Anung sudah menyiapkan
tempat dagangan di teras rumahnya,Anung pun ikut serta membantu ibunya.
Beberapa lama kemudian Pak Anung dating dengan membawa barang dagangan yang
cukup banyak.
“Horeee
Bapak pulang!”, seru Anung dengan gembira sambil menyambut Bapaknya. Bu Anung
langsung membantu suaminya menjajakan dagangannya. “Lho, Bu ,kita nggak nentuin
dulu harganya berapa?”, tanya Pak Anung agak sidikit heran.“nggak usah,Pak. Ibu sudah tahu harga barang
ini di pasaran. Entar harganya Ibu
tambah biar kita untung”, jawab Bu Anung.
Berapa lama kemudian,banyak warga desa
yang habis bekerja dari kebun berbelanja kesana. Dalam sekejap mata dagangan Bu
Anung sudah ludes terjual. “Pak, kita untung banyak,Pak!”, seru Bu Anung dengan
gembira.
“Kalau
begini terus kita bisa kaya,Pak!”, kata Anung tidak mau kalah. “Ya kalau
begitu,besok pagi bapak mau kepasar beli dagangan lagi.”, kata Pak Anung.
Keesokan harinya,Pak Anung pergi ke
pasar untuk membeli dagangan. Kali ini cukup banyak juga yang barang dagangan
yang di beli. Dan lebih banyak dari hari sebelumnya. Setelah itu, Pak Anung
pulang, seperti biasa Bu Anung mengambil barang dagangan dari tangan suaminya
dan langsung menjajakan dagangannya. Dan beberapa jam kemudian banyak warga
yang berbelanja kesana. Hal itu membuat pedagang lain di desa itu, merasa iri
dan jengkel karena pelanggannya lari ke Bu Anung. “ Dasar pedagang baru
,perebut pelanggan orang!”,kata salah satu pedagang di desa itu yang bernama Bu
Aning. Dia adalah salah satu pedagang di desa yang selalu mempunyai sikap
irihati terhadap pedagang lain terutama kepada pedagang baru. Dia selalu
mengejek pedagang lain apabila pelanggannya telah direbut. Lama-kelamaan ejekan
tersebut masuk ke telinga Pak Anung. Pada malam harinya,Pak Anung bermusyawarah
dengan anak dan istrinya. “Banyak pedagang yang kesal terhadap kita karena
pelanggannya telah lari ke arah ke dagangan kita!”, mulai Pak Anung. “Iya
Pak,tadi ketika saya bermain,saya diejek dengan sebutan anak perebut pelanggan
orang!”, kata Anung sedih. “mendingan
kita fokus sama usaha kita biar usaha kita ini sukses! Biar saja mereka berkata
semaunya,nanti kalau mereka capek,toh
bakalan diem sendiri!”, kata Bu Anung
tegas. “ Wah Ibu tegar dan sabar ya?,bangga Bapak sama Ibu!”,kata Pak Anung
memuji.
Usaha keluarga Pak Anung berjalan
sukses. Hari-demi hari dagangannya laku terjual. Keluarga Pak Anung sudah
menjadi orang kaya sekarang Dan tiba-tiba mereka disebut saudagar warung.
Tetapi hal tersebut tidak membuat keluarga Pak Anung sombong. Mereka masih baik
hati dan dermawan.
Pada suatu hari, Bu Aning yang mana
merupakan pedagang yang terkenal iri datang ke rumah Pak Anung. dia datang untuk
meminjam uang kepada keluarga Pak Anung guna melunasi biaya rumah sakit
anaknya. “Permisi”,salam Bu Aning. “oh Bu Aning,mari silahkan masuk! Ada apa ya
Bu? Kok tumben kemari?, tanya Bu
Anung. “ Begini Bu Anung saya mau meminjam uang untuk melunasi biaya rumah
sakit anak saya. Anak saya sedang sakit tifus,dan biayanya cukup besar Bu!,kata
Bu Aning lirih dengan wajah malu-malu. “ Sebentar ya Bu.”,kata Bu Anung tanpa
basa-basi lagi kemudian masuk kekamarnya dan mengambil sejumlah uang. “Ini Bu
uangnya,semoga anak ibu cepat sembuh ya!” ,kata Bu Anung. “Terimaksih Bu,Ibu
baik sekali, padahal saya sudah jahat sama keluarga Ibu,saya sangat mohon maaf
Bu.”,kata Bu Aning penuh penyesalan. “ sudahlah Bu,untuk yang itu saya sudah
maafkan. Selain itu, kita kan sesama makhluk sosial harus saling tolong
menolong yang lalu biarlah berlalu!”, kata Bu Anung. “ sekali terma kasih ya
Bu”,kata Bu Aning lagi.
Sejak saat itu,pedagang lain di desa itu
tidak menghina keluarga Pak Anung lagi,semua pedagang di desa itu dapatmenerima
keadaan masing-masingdak kelurga Pak Anung tetap menjalanii usahanya dengan
lancer tanpa mersa bersalah lagi.
SELESAI
widianiwahyu111@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar